MAKALAH
TENTANG
SEJARAH PERKEMBANGAN PERPUSTAKAAN DARI ORDE LAMA SAMPAI SEKARANG
Di
Susun Oleh :
Deni
Afrien
1071201065
JURUSAN
ILMU PERPUSTAKAAN
SEMESTER
V
FAKULTAS
ILMU BUDAYA
UNIVERSITAS
LANCANG KUNING
KATA PENGANTAR
Puji
dan syukur kehadirat Allah SWT, karena dengan rahmat dan karunia-Nya saya masih
diberi kesempatan untuk menyelesaikan tugas dalam mata kuliah “Perubahan
Sosial”. Tidak lupa saya mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing dan
teman-teman yang telah membantu dalam menyelesaikan makalah ini.
saya menyadari bahwa dalam penulisan
makalah ini masih banyak kekurangan, oleh sebab itu saya sangat mengharapkan
kritik dan saran yang mendukung dan membangun. Dan semoga dengan selesainya
makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan teman teman dan dapat mnjadi
bahan persentase.
Pekanbaru, 24 november 2012
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR ................................................................................. i
DAFTAR
ISI ............................................................................................... ii
BAB
I PENDAHULUAN............................................................................ 1
1.1 Latar belakang ................................................................................... 1
1.2 Rumusan masalah .............................................................................. 2
1.3 Tujuan ................................................................................................ 2
BAB
II PEMBAHASAN............................................................................. 3
2.1 Sejarah Perkembangan Perpustakaan Orde Lama.................... ..........3
a.
Perpustakaan Zaman Kuno atau
Orde Lama 3
b.
Era
Sebelum Penjajahan 4
c.
Era
Pemerintahan Hindia- Belanda 5
d.
Era Pemerintahan Jepang 5
e.
Era Pemerintahan Republik
Indonesia 6
2.2 Sejarah
Perkembangan Perpustakaan Pada Saat Sekarang 7
BAB
III PENUTUP..................................................................................... 8
3.1 Kesimpulan ........................................................................................ 8
DAFTAR
PUSTAKA ................................................................................. 9
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Dengan adanya sejarah, manusia mengetahui
hasil,kebudayaan masyarakat pada masa dahulunya dan sejarah juga berperan
penting terhadap keperkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Hasil pengetahuan pada masa lampau saat ini banyak di
tulis dalam bentuk buku, yang pada awalnya penulisannya di lakukan
lembaran-lembaran kulit kayu yang pada zaman Mesir dikenal dengan papyrus, dan
juga pada masa islam di tulis pada tulang dan kulit unta. Seiring berkembangnya
zaman akhirnya mesin cetak kertas di temukan dan sampai saat sekaranng ini
masyarakat bisa merasakan dan memanfaatkan hasil karya-karya sejarah yang di
tulis dalam bentuk buku.
Dan saat sekarang ini hasil karya-karya masa lampau
dalam bentuk buku dikumpulkan dalam suatu ruangan yang di kenal denagn nama
perpustakaan. Pengumpulan buku-buku di perpustakaan dari awal sampai akhir juga
mengalami perkembangan dan mendapatkan kesulitan yang dilakukan oleh
bangsa-bangsa peradaban pada masa dahulunya.
Tiap-tiap ilmu pengetahuan dari masa dahulu hingga
sekarang di tulis dalam bentuk buku. Tidak hanya ilmu lain yang perlu ditulis
tapi ilmu perpustakan terutama masalah sejarah perlu juga di rangkum dalam
bentuk makalah maupun buku, agar kebudayaan perkembangan perpustakaan pada masa
dahulunya di ketahui oleh masyarakat dan generasi muda saat sekarang dan masa
yang akan datang.
Begitu pentingnya peran sejarah dalam perkembangan
ilmu pengetahui dan teknologi. Maka tiap pelajar ataupun orang yang
berkecimpung dalam pendidikan sewajarnya mengetahui sejarah dari tiap ilmu.
Terutama masalah perpustakaan, tiap orang sudah pernah berkecimpung dalam
pendidikan tentu tidak pernah lepas dari yang namanya pustaka. Seharusnya orang
yang telah berkecimpung dalam dunia pendidikan hendaknya mengetahui sejarah
dari perpustakaan itu sendiri. Bagaimanakah perkembangan perpustakaan itu?
hingga saat sampai saat ini orang yang berkecimpung dalam dunia pendidikan
mampu memanfaatkan perpustakaan dengan sebaiknya.
1.2 .
Rumusan Masalah
Dalam makalah ini penulis mencoba mengangkat masalah
“Sejarah Perkembangan perpustakaan”. Mulai dari perpustakaan zaman kuno,
perpustakaan pada Abad pertengahan, zaman Renaissance, dan perkembangan
perpustakaan di beberapa Negara di Asia seperti Indonesia, Jepang, India,
Pakistan dan Srilangka.
1.3
Tujuan
Karena begitu pentingnya sejarah dalam ilmu
pengetahuan dan teknologi. Makalah ini bertujuan untuk mengetahui Sejarah
Perkembangan perpustakaan”. Mulai dari perpustakaan zaman kuno, perpustakaan
pada Abad pertengahan, zaman Renaissance, dan perkembangan perpustakaan di
beberapa Negara di Asia seperti Indonesia, Jepang, India, Pakistan dan
Srilangka.
BAB II
PEMBAHASAN
PEMBAHASAN
2.1 Sejarah
Perkembangan Perpustakaan dari Orde Lama Sampai Sekarang
2.2.1 Perpustakaan
Zaman Kuno atau Orde Lama
Sebenarnya perpustakaan bukan sesuatu hal yang baru,
tetapi perpustakaan telah timbul sejalan dengan sejarah perkembangan sejarah
manusia di atas dunia ini sejak beribu tahun yang lalu.
1. Asyria,
Babylonia, Mesopotamia
Dari hasil penyelidikan yang didapat diketahui bahwa
sejak berabad-abad pepustakaan sudah dipandang sebagai faktor sosial yang
penting. Kita kenal bahwa setiap peradaban manusia di dunia ini mempunyai suatu
tradisi atau adat kebiasan untuk mengumpulkan buku-buku atau bacaan lainnya.
Perpustakaan tertua yang mempunyai peninggalan sejarah
yang penting didirikan dalam abad ke 7 SM. Oleh seorang raja Asyria yang
bernama Asurbanipal (668-633) di kota Niniveh. Bahan-bahan bacaan yang di
pergunakan ialah tablet-tablet tanah liat, yang berisi atau memuat cap, pokok
persoalan dan terdapat pula penunjukan-penunjukan kepada sumber-sumber dan di
mana pustaka itu bisa di temukan dalam perpustakaan.
2. Mesir,
Alexandria
Di Mesir perpustakaan telah lama di kenal orang. Suatu
bukti adanya sebuah perpustakaan mesir milik Raja Ramses. Perpustakaan kuno
yang sangat termansyur di mesir ialah perpustakaan yang didirikan di Alexandria
oleh raja Ptolemey (ptolemaeus) Soter (322-285 SM) raja pertama dinasti
Diadoch. Perpustakaan ini menjadi sangat besar di bawah para penggantinya
Ptolemey Philadelphus (285-247SM) dan Ptolemey Eurgetes ( 247-221 SM).
Perpustakaan
tersebut dibangun Ptolemey dengan maksud mengumpulkan dan memelihara
selengkapnya semua karya kesusastraan Yunani. Perntingnya perpustakaan di mesir
pad waktu itu ditandai dengan diketahuinya beberapa orang yang bekerja di sana
seperti: Zenodotus, Erastothenes, Aristophanes, Aristarchus, Callimachus dan
Apollonius sekitar abad tiga dan dua SM. Koleksi yangnya kira-kira 490000
gulungan pada masa Callimachus dan kira-kira 700000 gulungan pada masa Caesar..
3. Pergamun
Setelah perpustakan di Alexsandria, muncullah
perpustakaan di Pergamun yang didirikan oleh dinasti Attalid. Pada masa
pemerintahan dinasti Attalid kota Pergamun sangat termansur di kota kecil dan
di seluruh dunia lama karena hasil seni dan kebudayaannya. Akhirnya ditemukan
bahan yang mutunya lebih baik dari papyrus ialah parchemen atau parkemen yang
dibuat dari kulit binatang.
4. Yunani
(Pra-Hellinisme)
Di Yuanani masa penyair keliling (penipu lara)
menuturkan kisahnya dari kota kekota kepada raja-raja yang berkuasa,
kesusastraan yang tertulis belum ada. Bahkan pada masa perang Persia bukti
adanya perpustakaan tidak terdapat. Aulus Gellias mencatat pada abad ke 3 SM.
Bahwa Pisasratus tyran dari pertama dan menyatakan bahwa perpustakan tersebut
dipindahkan ke Persia oleh Xerxes I (485-465) dan kemudian dikembalikan ke
Athena oleh Seleucus I raja dari kekaisaran Seleucid (306-280).
5. Roma
Perpustakan yang ada di Roma pada waktu itu adalah
perpustakan perorangan yamg sebagian besar terdiri dari hasil rampasan perang
dan bisanya mereka adalah panglima-panglima perang. Yulias Caesar adalah orang
pertama-tama menganjurkan didirikannya perpustakaan umum di Roma.
2.1.2 Era
Sebelum Penjajahan
Pada zaman sebelum perang (1942)
Indonesia mengenal perpustakaan sewa, disebut huurbibliothek. Pada awalnya
openbare leeszalen dengan huurbibliotheek sering “bersaing” dalam memenuhi
kebutuhan bacaan pemakainya, kemudian secara alamiah terjadi penjurusan yang
berbeda. Bila openbare leeszalen lebih banyak menyediakan bacaan ilmiah dan
ilmiah populer, maka huurbibliotheek cenderung menyediakan bacaan berupa roman
dalam bahasa Belanda, Inggris dan Prancis serta buku untuk remaja.
Huurbibliotheek terdapat di Batavia,
Soerabaia, Malang, Jogjakarta, Madioen dan Solo, dikelola oleh penerbit forma
G. Kolff & Co. Toko buku Visser mendirikan huurbibliotheek di Bandoeng.
Huurbibliotheek lainnya ialah Viribus Unitis di Batavia, C.G. van Wijhe di
Soerabaia serta Leesbibliotheek Favoriet di Batavia. Lazimnya ketiga
perpustakaan sewa yang disebut terakhir ini menyediakan bahan bacaan yang
dibeli dari pedagang buku loakan serta berbagai roman kuno yang dibeli dari
tangan kedua sehingga peranan mereka dalam persewaan buku tidaklah maknawi Masih
ada perpustakaan lain, yaitu yang didirikan oleh kraton, misalnya perpustakaan
Radyo Poestoko di Yogyakarta dan perpustakaan serupa di lingkungan
Mangkunegaraan, Surakarta. Di pulau Penyengat sekitar akhir abad 18 diketahui
adanya sebuah perpustakaan umum yang didirikan oleh penguasa setempat.
2.2.3
Era Pemerintahan Hindia- Belanda
Perpustakaan pertama di Indonesia yang
tercatat adalah sebuah perpustakaan gereja di Batavia yang sesungguhnya telah
dirintis sejak tahun 1624 namun akibat berbagai kendala baru diresmikan pada 27
April 1643, bersamaan dengan pengangkatan pendeta Ds (Dominus) Abraham
Fierenius sebagai kepalanya. Pada masa itu layanan peminjaman buku yang
diselenggarakan perpustakaan gereja Batavia tersebut tidak hanya dibuka untuk
perawat rumah sakit Batavia, namun juga untuk pemakai yang berada di semarang
dan Juana. Perpustakaan di Indonesia yang tercatat keberadaannya setelah itu
adalah perpustakaan milik Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen.
Perpustakaan ini didirikan pada 24 April 1778, semasa Vereenigde Oost-Indische
Compagnie (VOC). Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen berdiri
atas prakarsa Mr J.C.M. Rademaker, ketua Raad van Indie. Perpustakaan Bataviaasch
Genootschap van Kunsten en Wetenschappen mengeluarkan katalog buku yang pertama
di Indonesia dengan judul Bibliotecae Artiumcientiarumquae Batavia Floret
Catalogue Systematicus, hasil suntingan P.Bleeker. Edisi kedua terbit tahun
1848 dengan judul dalam bahasa Belanda.
Perpustakaan Bataviaasch Genootschap van
Kunsten en Wetenschappen merupakan perpustakaan khusus karena koleksinya
bersifat khusus serta pemakainya terbatas pada peneliti. Ketika pemerintah
Belanda meluncurkan Sistem Tanam Paksa (Cultuur stelsel) muncullah perkebunan
dan balai penelitian bidang pertanian. Sistem Tanam Paksa secara tidak langsung
mendorong pendirian perpustakaan penelitian bidang pertanian serta tumbuhnya
majalah pertanian di Indonesia. Salah satu perpustakaan pertanian yang paling
tua serta masih sintas sampai saat ini ialah Bibliotheek’s Lands Plantentuin te
Buitenzorg yang didirikan pada tahun 1842. Pada tahun 1911 namanya diubah
menjadi Centra Natuurwetenschappelijke Bibliotheek van het Departement van
Landbouw, Nijverheid en Handel. Nama tersebut kemudian diubah lagi menjadi
Biblioteca Bogoriensis. Perpustakaan
pada volkschool disebut Volksbibliotheek dengan koleksi dipasok oleh
Volkslectuur (kelak berubah menjadi Balai Pustaka).
2.2.4
Era Pemerintahan Jepang
Pada zaman pendudukan Jepang tidak ada
kegiatan kepustakawanan, karena Jepang mengerahkan semua tenaga untuk keperluan
mesin perang. Pada awal kekuasaannya, Jepang melarang peredaran buku berbahasa
Belanda, Inggris dan bahasa Eropa lainnya. Semua sekolah tinggi ditutup. Baru
ketika Jepang mulai terdesak beberapa sekolah tinggi dibuka kembali, untuk
keperluan Jepang. Akhirnya Perpustakaan Nasional Republik Indonesia didirikan
di Jakarta dan Rijksmuseum di Amsterdam sejak tahun 1995 telah memulai adanya
kerjasama dalam pelestarian warisan budaya bangsa. Pada tahap pertama
dikhususkan pada gambar-gambar yang dibuat oleh Johannes Rach (1720-1783).
Koleksi yang dimiliki Perpustakaan Nasional RI sebanyak 202 buah gambar
merupakan jumlah terbesar dari seluruh gambar Rach yang merekam peristiwa
penting di Indonesia dan beberapa negara di Asia.
2.2.5 Era Pemerintahan Republik Indonesia
Setelah
Indonesia merdeka, di tengah konsentrasi untuk mempertahankan kemerdekaan dari
invasi pasukan Inggris dan Belanda, serta kesibukan menghadapi pemberontakan di
beberapa daerah, pada tahun 1948 pemerintah mendirikan Perpustakaan Negara
Republik Indonesia di Yogyakarta. Ketika kondisi negara mulai mapan, pada kurun
waktu tahun 1950-1960 pemerintah Republik Indonesia mulai mengembangkan
perpustakaan melalui pendirian Taman Pustaka Rakyat /TPR (Sumiati dan Arief,
2004). Ada tiga tipe Taman Pustaka Rakyat :
1. Tipe A untuk pedesaan, dengan komposisi
koleksi 40 % bacaan setingkat SD dan 60 % setingkat SMP
2. Tipe B untuk kabupaten, dengan komposisi
koleksi 40 % bacaan setingkat SMP dan 60 % bacaan setingkat SMA
3. Tipe C untuk provinsi, dengan komposisi
koleksi 40 % bacaan setingkat SMA dan 60 % bacaan setingkat Perguruan Tinggi.
Pada tahun 1956,
berdasarkan Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia No.
29103, Pepustakaan Negara didirikan di beberapa wilayah di Indonesia. Pendirian
perpustakaan tersebut dimaksudkan antara lain untuk membantu perkembangan
perpustakaan dan menyelenggarakan kerjasama antar perpustakaan yang ada.
Perhatian Pemerintah terhadap pengembangan perpustakaan terus meningkat, dan
pada tahun 1969 dialokasikan dana untuk mendirikan Perpustakaan Negara di 26
Provinsi. Lembaga tersebut difungsikan sebagai Perpustakaan Wilayah, di bawah
binaan Pusat Pembinaan Perpustakaan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Seiring
dengan diberlakukannya Otonomi Daerah, berdasarkan Keputusan Presiden Republik
Indonesia No. 67 Tahun 2000, Perpustakaan Nasional Provinsi menjadi perangkat
daerah, dengan sebutan Perpustakaan Umum Daerah. Mulai saat itu penyelenggaraan
perpustakaan diserahkan kepada kebijakan Pemerintah Daerah masing-masing.
Kemudian dengan diberlakukannya Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2007 tentang
Perpustakaan, diharapkan perkembangan perpustakaan di Indonesia menjadi semakin
meningkat, karena adanya payung hukum yang kokoh.
2.3 Sejarah Perkembangan Perpustakaan Pada Saat Sekarang
Pada
perkembangannya, perpustakaan tidak selalu menjadi tempat yang membosankan.
Saat ini, perpustakaan tidak hanya menjadi sarana edukatif saja, akan tetapi
juga menjadi sarana rekreatif. Walaupun menjadi sarana rekreatif tetap tidak
mengurangi fungsi utama dari perpustakaan tersebut. Perpustakaan zaman sekarang
sudah mampu menciptakaan dan share informasi, inilah perbedaanya dengan perpustakaan
zaman orde lama yang hanya menyediakan informasi untuk para pengguna
perpustakaan. Tidak hanya itu, dengan semakin majunya teknologi informasi,
perpustakaan pun menyesuaikan dengan pengaplikasian TV dan video, merupakan hal
yang sudah biasa, karena media tersebut juga menjadi sarana temu informasi.
Akan tetapi, pada zaman orde lama sarana tersebut tidak boleh diaplikasikan
karena akan mengganggu pengakses perpustakaan. Dari tahun ke tahun,
perpustakaan semakin berkembang ke arah yang lebih baik dan menjadi tempat yang
nyaman bagi para penggunanya.
Saat ini, perpustakaan tidak hanya dijadikan sebagai tempat penyimpanan buku,
tetapi juga sebagai pusat informasi oleh para disiplin ilmu. Di perpustakaan
para disiplin ilmu bisa mengakses sumber-sumber informasi dari buku terbitan
jaman dulu sampai jaman sekarang. Saat ini, buku-buku terbitan lama tidak hanya
disimpan dalam bentuk cetaknya saja, tetapi para pustakawan juga telah membuat
versi digitalnya juga.
Pada intinya, perkembangan
perpustakaan sangatlah pesat, banyak sekali perbedaan perpustakaan zaman dulu
dan zaman sekarang. Kesan ‘angker’ yang dulu sangatlah melekat pada
perpustakaan lambat laun mulai luntur. Justru saat ini perpustakaan menjadi
tempat yang menghibur dan menyenangkan. Perkembangangan perpustakaan yang
begitu cepat tetapi juga tidak melupakan fungsi utama dari perpustakaan
tersebut, yaitu perpustakaan sebagai tempat rujukan informasi. Yang perlu
diingat, tanpa adanya perpustakaan jaman dulu, perpustakaan jaman sekarang juga
tidak akan menjadi perpustakaan seperti saat ini. Sekarang, perpustakaan-perpustakaan modern yang kita ketahui sudah
dapat di pakai untuk masyarakat umum juga. Kita dapat membaca, mengerjakan
tugas, mencari informasi di perpustakaan. Banyak perpustakaan yang menyediakan
wifi serta komputer untuk memfasilitasi kita.
BAB III
PENUTUP
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Perkembangan perpustakaan mulai dari
zaman kuno, pada zaman Mesir penulisan dilakukan di dalam kulit Kulit kayu yang
di sebut papyrus, akhirnya papyrus tidak di pakai lagi dialihkan mengunakan
kulit hewan yaitu pada zaman Pergamun. Dapatnya masyarakat menikmati buku-buku
di perpustakaan saat sekarang ini berkat peran peradaban zaman dahulu yang
telah mencoba memikirkan sesuatu yang bermanfaat bagi kehidupan manusia
selanjutnya. Perpustakaan zaman orde lama masih berkutat pada bagaimana memberi
informasi pada pengguna, hal ini membuat pengguna tidak bisa mandiri dalam
mengakses informasi.
Dengan stigma bahwa
perpustakaan merupakan tempat yang sunyi, sepi, membosankan disertai dengan
penjaga perpustakaan yang tidak ramah membuat perpustakaan zaman dahulu menjadi
tempat yang enggan untuk dikunjungi. Tidak hanya itu, koleksi yang disediakan
pun terbatas dan tidak semua koleksi bisa diakses oleh pengguna. Akan tetapi,
dengan semakin berkembangnya zaman ke arah globalisasi perpustakaan pun turut
berubah mengikuti zaman.
perpustakaan-perpustakaan modern yang kita ketahui sudah dapat di pakai untuk
masyarakat umum juga. Kita dapat membaca, mengerjakan tugas, mencari informasi
di perpustakaan. Banyak perpustakaan
yang menyediakan wifi serta komputer untuk memfasilitasi kita.
DAFTAR
PUSTAKA
Suharyanti. Pengantar
Dasar Ilmu Perpustakaan. 2008. Lembaga Pengembangan Pendidikan (LPP) dan UPT
Penerbitan dan Pencetakan (UNS Press) Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Surakarta.
Basuky,
Subastyo. Pengantar Perpustakaan
Sulistyo-Basuki
(1978). Uraian Singkat tentang Sejarah Perpustakaan di Indonesia.
Majalah Ikatan Pustakawan Indonesia, vol. 5, no. 1-2.
Sulistyo-Basuki
(1994). Periodisasi Perpustakaan Indonesia. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Tjoen, Mohamad
Joesoef dan S. Pardede (1966). Perpustakaan di Indonesia dari dari Zaman ke
zaman. Jakarta: Kantor Bibliografi Nasional, Departemen P.D. dan K.
(Ditulis oleh:
Abdul Rahman Saleh sebagai kontribusi untuk Naskah Akademik Rancangan
Undang-undang Perpustakaan).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar